LANDASAN SEJARAH
Dalam sejarah panjang kita sejak pembentukan
kita sebagai bangsa (nation formation) sampai kepada terbentuknya
negara bangsa (state formation dan nation state) yang merdeka, pada
setiap kurun zaman , pendidikan tidak dapat dilepaskan dari filsafat yang
menjadi fondasi utama dari setiap bentuk pendidikan karena menyangkut sistem
nilai-nilai (systems of values) yang memberi warna.dan menjadi
“semangat zaman” (zeitgeist) yang dianut oleh setiap individu,
keluarga, anggota-anggota komunitas atau masyarakat tertentu, atau pada
gilirannya bangsa dan negara nasional. Landasan filsafat ini hanya dapat
dirunut melalui kajian sejarah, khususnya Sejarah Pendidikan Indonesia.
Sebagai komparasi, di negara-negara Eropa dan
Amerika pada abad ke -19 dan ke-20 perhatian kepada Sejarah pendidikan telah
muncul dari dan digunakan untuk maksud-maksud lebih lanjut yang bermacam-macam
antara lain untuk membangkitkan kesadaran berbangsa, kesadaran akan
kesatuan kebudayaan ,pengembangan profesional guru-guru, atau untuk
kebanggaan terhadap lembag-lembaga dan tipe-tipe pendidikan tertentu ( Silver,
1985:2266).
Substansi dan tekanan dalam Sejarah
pendidikan itu bermacam-macam tergantung kepada maksud dari kajian itu mulai
dari tradisi pemikiran dan para pemikir besar dalam pendidikan, tradisi
nasional, sistem pendidikan beserta komponen-komponennya, sampai kepada
pendidikan dalam hubungannya dengan sejumlah elemen problematis dalam
perubahan sosial atau kestabilan, termasuk keagamaan, ilmu pengetahuan (sains),
ekonomi, dan gerakan-gerakan sosial. Sejarah pendidikan erat kaitannya dengan
sejarah intelektual dan sejarah sosial (Silver, 1985: Talbot, 1972:193-210).
Selama ini sejarah pendidikan masih
menggunakan pendekatan lama atau tradisional yang umumnya diakronis yang
kajiannya berpusat pada sejarah dari ide-ide dan pemikir-pemikir besar dalam
pendidikan, atau sejarah dan sistem pendidikan dan lembaga- lembaga, atau
sejarah perundang-undangan dan kebijakan umum dalam bidang
pendidikan.(Silver,1985:2266). Pendekatan yang umumnya diakronis ini dianggap
statis,sempit serta terlalu melihat ke dalam. Sejalan dengan perkembangan zaman
dan kemajuan dalam pendidikan besrta segala macam masalah yang timbul dan
ditimbulkannya. Penanganan serta pendekatan baru dalam sejarah pendidikan
dirasakan sebagai kebutuhan yang mendesak oleh para sejarawan pendidikan
kemudian ( Tabolt, 1972:206-207).
Sehubungan dengan di atas pendekatan sejarah
pendidikan baru tidak cukup dengan cara-cara diakronis saja. Perlu ada
pendekatan metodologis yang baru, antara lain interdisiplin. Dalam pendekatan
interdisiplin dilakukan kombinasi pendekatan diakronis sejarah dengan
sinkronis ilmu-ilmu sosial. Sekarang ini ilmu-ilmu sosial tetentu seperti
antropologi, sosiologi, dan politik telah memasuki “perbatasan” (sejarah)
pendidikan dengan “ilmu-ilmu terapan” yang disebut antropologi
pendidikan, sosiologi pendidikan, dan politik pendidikan. Dalam pendekatan ini
dimanfaatkan secara optimal dan maksimal hubungan dialogis
“simbiose matualistis” antara sejarah dan ilmu-ilmu sosial.
A. Sejarah Pendidikan Dunia
Umur
sejarah pendidikan dimulai dari zaman Hellenisme tahun 150-500 SM ke zaman
pertengahan tahun 500-1500, zaman Hunamisme atau renaissance serta zaman
Reformasi dan kontra reformasi tahun 1600 –an. Pendidikan zaman-zaman ini belum
banyak memberikan kontribusinya kepada pendidikan zaman sekarang.
Pendidikan
mulai menunjukkan eksistensinya sejak zaman realisme. Realisme menghendaki
pikiran yang praktis. Saat ini berkembangnya ilmu-ilmu pengetahuan alam. Tokoh
realisme zaman ini adalah Francis Bacon (abad ke 17) yang mengembangkan metode
induktif. Pendapat Bacon adalah sebagai berikut:
1.
Dalam menemukan dan mengembangkan pengetahuan, pandangan harus diarahkan
kepada realita alam ini serta hal-hal praktis yang ada di dalamnya.
2.
Alam lingkungan adalah sumber pengetahuan yang bisa didapat lewat
alat-alat indra.
3.
Menggunakan metode berpikir induktif, yaitu mulai dari menemukan
fakta-fakta khusus kemudian dianalisis sehingga menimbulkan simpulan.
4.
Bila memungkinkan dapat mengembangkan pengetahuan dengan
eksperimen-eksperimen.
5.
Penggunaan bahasa daerah lebih diutamakan.
Ada
sejumlah prinsip pendidikan yang berkembang pada waktu itu, yang dirumuskan
oleh Bacon beserta pengilut-pengikutnya, yaitu.
1.
Pendidikan lebih dihargai daripada pengajaran sebab mengembangkan semua
kemampuan manusia.
2.
Pendidikan harus menekankan aktivitas sendiri.
3.
Penanaman pengertian lebih penting daripada hafalan.
4.
Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak.
5.
Pelajaran harus diberikan satu per satu.
6.
Pengetahuan diperoleh dengan metode induksi.
7.
Semua anak harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar.
Tokoh
Realisme yang lain yaitu johan Amos Comenius, yang terkenal dengan bukunya
Janua Linguarum Reserata atau Pintu Terbuka bagi Bahasa tahun 1631.
Didactica Magna atau buku Didaktik Yang Besar tahun 1632, dan Orbis Pictus atau
Gambar Dunia tahun 1651.
Sesudah
itu berkembang paham Rasionalisme atau disiplinarianisme dengan tokohnya Jhon
Locke pada abad ke 18. Aliran ini bertujuan memberikan kekuasaan bagi manusia
untuk berpikir sendiri dan bertindak untuk dirinya.
Tokohnya
adalah J.J Rousseau yang menulis buku berjudul Emile, Herbart yang menginginkan
pembentukan manusia sosial yang bermoral tinggi, Frobel yang ingin
mengembangkan semua kapasitas dan kekuatan yang laten pada anak-anak dan
Stanlay Hall yang bertujuan mengembangkan semua kekuatan-kekuatan yang ada
sehingga memperoleh kehidupan yang harmonis.
Pada
abad ke-19 berkembang zaman Developmentalisme yang memandang pendidikan sebagai
proses pengembangan jiwa yang berlangsung dalam setiap
individu.Tokoh-tokoh aliran ini adalah Pestalozzi, Johan Fredrich Herbart,
Friedrich Wilhelm frobel di Jerman dan Stanley Hall di Amerika Serikat.
Selanjutnya
pada abad ke-19 berkembang zaman Nasionalisme. Paham ini muncul sebagai upaya
membentuk patriot-patriot bangsa, mempertahankan bangsa dari imperialisme.
Tokohnya adalah Chalotais di Perancis, Fichte di Jerman dan Jefferson di
Amerika Serikat. . Pada abad tersebut muncul juga aliran liberalisme dan positisvisme.
Tokoh Liberlisme adalah Adam smith dalam bidang ekonomi. Tokoh aliran
positivisme dalah August Comte yang hanya percaya kepada kebenaran yang diamati
oleh panca indera.
Pada
abad ke-20 muncul aliran sosial dalam pendidikan dengan tokoh-tokohnya Paul
Natorp dan George Kerschensteiner di Jerman serta John Dewey di Amerika
Serikat. Maria Montessori, Ovide Declory dan Hellen Parkhurst dengan pendidikan
bebas, dengan semboyan mendidik dalam kebebasan untuk kebebasan.
B. Sejarah Pendidikan Indonesia
Pendidikan
di Indonesia sudah ada sebelum Negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah
pendidikan di Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak
zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha,
zaman pengaruh agama Islam, pendidikan pada zaman kemerdekaan. Pada waktu
bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan
sekaligus pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui pendidikan. Mereka membina
anak-anak dan para pemuda melalui lembaganya masing-masing untuk mengembalikan
harga diri dan martabatnya yang hilang akibat penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh
pendidik itu adalah :
1.
Mohammad Syafei
Yang
mendirikan sekolah INS atau Indonesisch
Nederlandse School di
Sumatera Barat pada tanggal 31 Oktober 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan
nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di desa Kayutanam. Sekolah
ini berawal dari sebuah rumah yang disewa sebagai kelas belajar, namun kemudian
berkembang menjadi sebuah kampus dengan fasilitas yang lengkap. INS memiliki
falsafah pendidikan yang berorientasi kepada bakat serta sifat aktif, kreatif,
dan produktif yang berlandaskan kepada alam yang berkembang. Salah satu program
yang dikembangkan adalah Seni rupa dan kerajinan.
2.
Ki Hajar Dewantara
Ki
Hajar Dewantara setelah pulang dari pengasingan, bersama-sama rekan
seperjuangannya mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional yaitu National Onderwijs Institut
Tamansiswa(Perguruan Nasional Tamansiswa) pada tanggal 3 Juli 1922.
Pemerintah Belanda berupaya merintangi dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah
Liar pada 1 Oktober 1932.tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya,
sehingga ordonansi tersebut dicabut. Sifat, system, dan metode pendidikannya
diringkas ke dalam empat keemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat
Istiadat, dan semboyan atau perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan pada Tahun
1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menentang penjajah
Belanda pada waktu itu. Tahun 1947 direvisi yang diberi nama Panca Darma. Isi
Panca Darma yaitu:
a.
Kemanusiaan, yaitu berupaya menghargai sesama manusia dan mahluk
tuhan lainnya
b.
Kebangsaan, ialah bersatu dalam suka dan duka, tetapi menghindari
chaufinistis, dan tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaan
c.
Kebudayaan nasional harus dilestarikan dan dikembangkan
d.
Kodrat alam, manusia adalah bagian dari alam, maka manusia harus dibina
dan berkembang sesuai dengan kodrat alam
e.
Kemerdekaan atau kebebasan, setiap anak harus diberi kesempatan bebas
mengembangkan diri sendiri
3.
Kyai Haji Ahmad
Dahlan
Tanggal
8 dzulhijjah 1330 H atau 18 Nopember 1912 M adalah kelahiran sebuah
gerakan islam modernis terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah yang didirikan
oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota Santri Kauman
Yokyakarta, diajukan pengesahannya tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim
“Statuten Muhammadiyah (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama,
th.1912), Yang kemudian baru disyahkan oleh gubernur Jendral Belanda pada
22 Agustus 1914.Kata Muhammadiyah secara bahasa berarti pengikut Nabi Muhammad.
Penggunaan
kata Muhammadiyah dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran
dan jejak perjuangan nabi Muhammad. Penisbahan nama tersebut menurut H.
Djarnawi Hadikusuma mengandung pengertian “ Dengan nama itu dia bermaksud
untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat
Muhammad, dan asasnya adalah ajaran nabi Muhammad s.a.w, yaitu islam.
Dan
tujuannya adalah memahami dan melaksanakan agama islam sebagai yang
memang ajaran yang serta dicontohkan oleh nabi Muhammad saw, agar supaya
dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama islam. Dengan demikian
ajaran islam yang suci dan benar itu dapat memberi napas bagi kemajuan
umat islam dan bangsa Indonesia pada umumnya”.
Menurut
Nurcholis Madjid (1983,310) Dahlan memang sosok pencari kebenaran yang hkiki,
yang menangkap apa yang tersirat dalam tafsir Al-Manar dan tokoh unik
karena usaha pembaharuannya tidak melalui pendahuluan atau prakondisi
tertentu sebelumnya.
Secara
Idelistik menurut Djarnawi (t.t:68) gagasan untuk mendirikan Muhamadiyah timbul
dalam hati sanubari Kyai Dahlan sendiri karena didorong oleh sebuah ayat
dalam Al-Qur’an yakni surat Al-Imran 104, yang berbunyi “Wal takum minkum
ummatun yad’u;na ilal khairi wa yakmuru : na bil ma’rufi wa yanhauna ‘anil
munkari wa ula: ika humul muflihun”: Adakanlah diantara kamu segolongan
umat yang menyuruh manusia kepada keutamaan dan menyuruh berbuat kebajikan
serta mencegah berlakunya perbuatan yang munkar. Umat yang berbuat demikian
itulah yang akan berbahagia.
Ada
lima butir yang dijadikan dasar pendidikan yaitu:
a.
Perubahan cara berpikir
b.
Kemasyarakatan
c.
Aktivitas
d.
Kreativitas
e.
Optimisme
C. Masa Perjuangan Bangsa
Perjuangan
bangsa Indonesia pada awalnya bersifat kedaerahan dan mulai berubah menjadi
perjuangan bangsa sejak didirikannya Budi Utomo tahun 1908 oleh Dr.Wahidin.
Organisasi Budi Utomo dengan Ciri-ciri:
a.
Dasar organisasi adalh kebudayaan
b.
Tujuannya adalah untuk memajukan bangsa Indonesia dalam segala bidang
kehidupan terutama kebudayaan
c.
Pimpinan adalah orang-orang Indonesia yang bukan pelajar
Perjuangan bangsa Indonesia untuk
mewujudkan suatu bangsa yang merdeka dan mengisimya agar menjadi jaya adalah
panjang sekali. Perjuangan itu yang dimulai dari zaman kerajaan, sudah
dikumandangkan, nilai-nilai keprajuritan sudah ditanamkan, dan sangat membela
kerajaan sudah dikobarkan. Walaupun perjuangan ini bersifat kedaerahan, namun
nilai semangat juang itu sudah cukup besar artinya bagi generasi yang mewarisi
sejarah itu.
Perjuangan yang bersifat daerah itu berubah
menjadi perjuangan bangsa sejak didirikannya: pertama, Budi Utomo pada tahun
1908.Pada waktu D.r. Wahidin Sudirohusodo mendirikan Budi Utomo, maka pada
tahun 1913 beliau mendirikan Darmawara atau Studi fonds. Gerakan ini dibantu
oleh pemerintah.Kedua, Budi Utomo mengusulkan agar sekolah dasar yang lamanya 3
tahun dijadikan 4 tahun. Selanjutnya, untuk kota-kota pendidikan untuk rakyat
ini lamanya 5 tahun. Ketiga, mengusulkan agar pemerintah mendirikan HIS
sehingga anak-anak bu,mi putra dapat melanjutkan pelajaran seperti anak-anak
Belanda yang memperoleh pendidikan a-la Barat. Untuk melaksanakan cita-cita
tersebut, Budi Utomo mendirikan 3 sekolah netral, yaitu di Solo dan dua buah di
Yogyakarta.
Pada tahun 1918, pendidikan Budi Utomo telah
berkembang semakin pesat, antara lain denagan dibukanya Kweekshooh di Jawa
Tengah, kemudian mendirikan sekolah guru kepandaian putrid untuk sekolah
Kartini. Demikian pula didirikn 6 buah normal school untuk sekolah angka 2
disampng dua buah normal school khusus untuk putrid. Dalam rangka
pendidikan di desa-desa, didirikanlah 10 kursus guru desa. Demikianlah, pada
tahun itu sekolah-sekolah Budi Utomo telah berkembang menjadi “sekolah angka 2”
bertambah 60 buah, SD bertambah 400, dan mendirikan sekolah peralihan pada 20
sekolah angka 2.
Sugondo Djojopuspito,ketua kongres pemuda,
mengatakan bahwa tujuan kongres pemuda 1 tahun 1926 ialah untuk memajukan paham
persatuan kebangsaan, serta mengeratkan hubungan antara semua perkumpulan
kebangsaan. Atau dengan kata lain apabila kongres pemuda 1 bertujuan menyiarkan
perasaan persatuan Indonesia, maka tujuan kongres pemuda II tahun 1928 ialah
menguatkan perasaan persatuan kebangsaan pemuda Indonesia.
Betapa eratnya perjuangan nasional dan
pendidikan nasional dapat kita lihat pula dalam perkembangan perhimpunan
Indonesia di Belanda. Dalam pidato pembelaan Bung Hatta bulan Juli 1927 di
pengadilan Den Haag, beliau mengusulkan supaya ada perbaikan dalam berbagai
bidang social antara lain:
1)
perlu diadakan undang-undang social. Segera dihapuskannya puenale
sanksi dan supaya jam kerja sehari dibatasi 8 jam.
2)
Menghapuskan sama sekali praktek riba karena praktek ini sangat
memlaratkan rakyat.
3)
Pembinaan pendidikan nasoinal.
4)
Perbaikan derajat rakyat. Kemajuan berfikir dan penglihatan para
mahasiswa kita yang belajar di Belanda pada waktu itu memang sangat jauh
menjangkau masa depan bangsa kita.
Budi
Utomo dirintis olehWahidan, seorang bangsa Indonesia yang sempat mendapatkan
pendidikan di perguruan tinggi waktu itu. Mula-mula ia mendirikan Yayasan Dana
belajar dengan maksud agar lebih banyak bangsa Indonesia dapat berkesempatan
belajar dan untuk mempertinggi kebudayaan Indonesia.
Pendidikan
pada zaman penjajahan Belanda dapat dikatakan tidak menguntungkan
bangsa Indonesia. Pada waktu itu terjadi dualisme dalam pendidikan
yaitu:
1.
Sistem pendidikan untuk anak-anak orang Belanda dan orang-orang Eropa
lainnya. Sistem pendidikan ini lengkap mulai dariSD sampai SMA dan lulusannya
dapat hak untuk meneruskan ke Eropa.
2.
Sistem pendidikan untuk anak-anak orang Indonesia, yaitu sebagian
besar SD 3 tahun, dan beberapa SD 5tahun. Dan lulusannya dimaneaatkan untuk
menjadi pegawai-pegawai pemerintah jajahan yang dibayar murah.
Berkat
perjuangan bangsa Indonesia yang gigih dan kemudian muncul politik
etis, jumlah lembaga pendidikan diperbanyk dan jenjangnya ditingkatkan serta
lebih beragam. Sampai perguruan tinggi pin didirikan yaitu kedokteran dan
hokum. Tetapi hanya sejumlah kecil bangsaIndonesia yang sempat
menikmatinya.
Seorang
tamatan kedokteran pada perguruan tinggi di atas adalah Wahidin, yang setelah
mendirikan Yayasan Dana Belajar, meneruskannya dengan mendirikan Budi Utomo
karena mendapat sambutan hangat dari mahasiswa. Pergerakn kebangsaan yang
bersifat nasional dimulai dari kalangan warga kampus, yaitu alumni dan para
mahasiswa.
Ciri-ciri
organisasi Budi Utomo adalah:
1.
Dasar organisasi adalah kebudayaan.
2.
Tujuannya adalah untuk memajukan bangsa Indonesia dalam segala bidang
kehidupan, terutama kebudayaan.
3.
Pimpinan adalah orang-orang Indonesia yang bukan pelajar.
Salah
satu usaha organisasi ini adalah mendirikan sekolah-sekolah swasta,
untuk menghidupkan dan menggalang rasa kebangsaan, cinta kebudayaan
sendiri, melestarikan dan mengembangkannya. Kesadaran akan makna dan manfaat
organisasi pergerakan kebangsaan makin lama makin meningkat. Akibatnya, organisasi-organisasi
yang senada dengan Budi Utomo banyak bermunculan seperti serikat dagang,
perkumpulan pemuda, dan artai politik.
Perjuangan
kebangsaan semakin meningkat sejak dilakukannya sumpah pemuda tahun1928. Dari
isi sumpah pemuda ini kelihatan bahwa persatuan
bangsa Indonesia semakin kuat, karena merasa diikat oleh negara,
bangsa, dan bahasa yang satu yaitu Indonesia.
Perjuangan
melawan penjajah tidak pernah padam, perjuangan berlangsung terus dari waktu ke
waktu. Proses perjuangan seperti ini menempa jiwa seseorang untuk berjiwa
patriotic. Jiwa patriotic memiliki nilai-nilai 45 dan serangan 45.
Nilai-nilai
45 dapat diwujudkan antara lain:(menurut Gema,1988 dan Surono, 1988)
1.
Berani berbuat
2.
Rela berkorban
3.
Kompak bersatu
4.
Rasa senasib sepenanggungan
5.
Pantang menyerah
6.
Patuh kepada pemimpin
7.
Kendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
8.
Cinta akan kebenaran dan keadilan
9.
Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Nilai-nilai
di atas bila sudah dipahami dan dihayati akan dapat membentuk jiwa 45.
Selanjutnya orang yang telah memiliki jiwa 45 itu akan mempunyai semangat 45.
Sehingga dikatakan bahwa semangat 45 adalah perwujudan dinamis atau ekspresi
dari jiwa 45 yang membangkitkan kemauan untuk berjuang (Surono, 1988).
Ada beberapa
segi posotif pada zaman penjajahan Jepang yang merupakan angin segar bagi para
pejuang bangsa. Segi-segi positif yaitu:
1.
Jepang memberikan pendidikan militer kepada para pemuda Indonesia,
dengan maksud memperkuat pertahanan mereka. Namun pendidikan ini secara tidak
langsung memberikan bekal kepada para pejuang bangsa dalam bidang keprajuritan
untuk mewujudkan cita-cita merdeka.
2.
Menghapus dualisme pendidikan penjajah Belanda dan menggantikannya
dengan pendidikan yang sama bagi setiap orang. Sehungga bukan hanya
kelompok-kelompok tertentu yang dapat menikmati pendidikan, melainkan semua
lapisan masyarakat.
3.
Pemakaian bahasa Indonesia secara luas diinstruksikan oleh
penjajah Jepang. Bahasa Indonesia mulai dipakai di lembaga-lembaga pendidikan,
di kntor-kantor, dan dalam pergaulan sehari-hari.
Ketiga
hal ini memberi kemudahan kepada bangsa kita, khususnyapara pejuang, untuk
merealisasi Indonesia merdeka. Dan hal ini terbukti dengan proklamasi
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Perjuangan bangsa Indonesia tidak
sampai di situ.
Sebab
gangguan terhadap Indonesia merdeka masih ada yaitu berupa tindakan militer
para penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia, tindakan sekelompok orang
yang ingin membuat negara sendiri, tindakan orang yang tidak merasa puas,
pertentangan paham diantara bangsa sendiridan lain-lain.
Semua
gangguan itu secara relatif dapat diatasin berkat semangat 45. Nilai-nilai
perjuangan semangat 45 yaitu tidak pantang mundur, penuh pengabdian, dan jauh
dari rasa egoisme memegang peranan penting.
Perjuangan
bangsa dalam mewujudkan dan mempertahankan kemerdekaan dapat disarikan sebagai
berikut:
1.
Perjuangan bersifat nasional
2.
Perlunya persatuan dan kesatuan bangsa
3.
Demokrasi dalam bidang pendidikan
4.
Bahasa Indonesia diberlakukan diseluruh Nusantara
5.
Meningkatkan kebudayaan bangsa Indonesia
6.
Munculnya nilai-nilai 45
7.
Terjadinya individu-individu yang berjiwa dan bersemangat 45
D. Masa Pembangunan
Setelah
Indonesia merdeka, masalah dalam negeri sudah mulai reda, pembangunan untuk
mengisi kemerdeaan mulai di gerakan. Pembangunan di laksanakan serentak pada
berbagai bidang, baik spiritual maupun material. Prioritas masa pembangunan,
prioritas pertama jatuh pada pembangunan bidang ekonomi. Rasionalnya ialah
karena bidang ekonomi memegang peranan penting dalam memajukan suatu bangsa dan
negara.
Untuk
mencapai maksud di atas, maka di kembangkan kebijakan link and match di bidang
pendidikan. Konsep keterkaitan dan kepadanan ini di jadikan srategi operasional
dalam meningkatkan relevansi pendidikan. Arti konsep ini adalah:(link and
match. 1993).
1.
Link berati pendidikan
2.
Match berati lulusan
Inovasi-inovasi
pendidikan juga sudah di laksananakan untuk mencapai sasaran pendidikan yang
diinginkan, beberapa inovasi yang telah di lakeanakan antara lain
adalah(Tilaar, 1996). PPSP yang mencobakan belajar dengan modul, SD pamong
yaitu pendidikan aneara masyarakat, orang tua, dan guru, yang hilang dari
peredaran setelah muncul SD inpres untuk mengejar target kuantitatif atau
pemerataan pendidikan. Inovasi-inovasi ini gagal antara lain karena hanya
merupakan imitasi dari praktek-praktek dan pemikiran dunia barat.
Alisyahbana (1990), Mengemukakan
ada tiga macam pesimisme di kalangan para ahli pendidikan maksudnya adalah:
a. Pemerintah
seolah-olah belum memiliki political
will yang kuat untuk
memperbaiki pendidikan
b. Orang
Indonesia memiliki budaya begitu lambanmelakukan informasi sosial
c. Seolah-olah
sulit munculnya tokoh pemikir yang berani menyusun dan memperjuangkan
konsep-konsep yang bertalian dengan pendidikan
Deklarasi konfensi nasional pendidikan dua
tahun 1992 mengatakan bahwa:
1.
Tealisasi tanggung jawab antara keluarga masyarakat, dan pemerintah,
belum terwujud secara menyeluruh dan bahkan belum di hayati sepenuhnya oleh
semua pihak.
2.
Di perlukan political will dan pola pembangunan seperti itu untuk daerah
terpencil belum terwujud.
3.
Penanaman nilai-nilai budaya maupun agama tidak cukup melalui bidang
studi saja seperti keadaan sekarang, melainkan melalui semua bidang studi
secara integrative.
Buchori
(1990), mengemukakan ada kesenjangan dalam dunia pendidikan yaitu:
a. Kesenjangan
Okupasional, yaitu kesenjangan antara jenis pendidikan atau sifat akademik
dengan tugas-tugas yang
akan dilakukan dalam dunia pekerjaan.
b. Kesenjangan
akademik artinya pengetahuan-pengetahuan yang diterima di sekalah acapkali tidak
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari
c. Kesenjangan
kultural, terjadi karena masih banyak lembaga pendidikan menekankan pengetahuan
klasik dan humaniora
d. Kesenjangan
Temporal ialah kesenjangan antara wawasan yang dimiliki dengan wawasan dunia
sekarang
Pembangunan di bidang pendidikan masih banyak
menghadapi hambatan, yang membuat lurusanya kurang memadai.dampak dari kondisi
seperti ini adalah pembangunan secara keseluruhan tidak dapat di lewati dengan
lancar. Memang benar pembangunan pendidikan secara kuantitatif dapat di pandang
sudah berhasil dengan selesainya wajib belajar enam tahun. Pembangunan
pendidikan berdasarkan tap MPRS RI no xxv/11/ 1946 pelita, tujuan pendidikan:
membentuk manusia pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan sifat yang
di kehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945.
Untuk mencapai dasar dan tujuan pendidikan
adalah sebagai berikut:
1.
Memperanggung jawabkan mental/ moral/ Budi pekerti dan memperkuat
keyakinan beragama.
2.
Mempertanggung jawaban kecerdasan dan keterampilan membina /
memperkembangkan fisik yang kuat dan sehat.
Salah satu dampak dari hasil
pembangunan yang tidak seimbang itu adalah:
a. Munculnya
kenakalan dan perkelahian anak-anak muda disana-sini
b. Maraknya
kolusi diberbagai kalangan sepert ditulis oleh Baharudin Lopa (1996)
c. Tingginya
tingkat korupsi menurut laporan Fortune tentang korupsi di Asia dan survey
internasional TIN (Jawa Post 14-8-1995 dan 10-2-1996)
Segi
keberhasilan pembangunan yang menonjol yaitu:
a. Kesadaran
masyarakat tentang pentingnya melaksanakan ajaran agama sudah meningkat dengan
pesat
b. Persatuan
dan kesatuan bangsa tetap terkendali
c. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia meningkat tinggi sampai mencapai 7%
Berikut beberapa masalah dalam masa
pembangunan pendidikan:
1.
Pemerintah belum kuat untuk memperbaiki pembangunan
2.
Tanggung jawab bersama antar keluarga, masyarakat dan pemerintah dalam
pendidikan belum terealisasi secara menyeluruh
3.
Sulit menemukan tokoh pemikir dalam bidang endidikan
4.
Konsep-konsep inovasi pendidikan bersumber dari dunia barat
5.
Penanaman nilai budaya dan agama tidak cukup melalui bidang studi
tertentu
6.
Sekolah menengah umum kebih banyak daripada sekolah kejuruan
7.
Masyarakat lamban melakukan traspormasi sosial untuk beradaptasi dengan
era global.
8.
Pembangunan dalam PJP-1 diidentifikasi dalam kategori permasalahan:
9.
Sarana dan prasarana pendidikan
10. Kualitas dan inovasi pendidikan
11. Ketenaga kerjaan
12. Kurikulum
13. Profesiolisme
14. Pembiayaan pendidikan
E. Masa Reformasi
Sebelum memulai uraian tentang masa
reformasi, ada baiknya mengetahui ulang masa pembangunan secara global agar
uraian bisa bersambung dengan baik. Masa pembangunan yang dimulai tahun 1966
dan berakhir pada tahun 1998. Begitu orde baru jatuh tahun 1998, tampak
masyarakat seolah-olah meledak kegirangan karena merasa belenggu yang mengikat
mereka sudah hilang. Mereka merasa bebas, bebas sebebas-bebasnya seperti burung
baru lepas dan sangkarnya. Mereka menyerukan reformasi untuk mengubah keadaan
menjadi lebih baik. Demikianlah pada awal reformasi ini lebih banyak tampak
tindakan menuntut kebebasan dibandingkan dengan program reformasi itu sendiri.
Seolah-olah bangsa ini melakukan inovasi tanpa program yang jelas.
Reformasi pada awal ini lebih
banyak bersifat mengejar kebebasan. Demonstrasi-demonstrasi sering terjadi
untuk menuntut keadilan, hak dan pembelaan diri. Partai-partai politik muncul
tanpa dapat dibendung sampai puluhan jumlahnya masing-masing dengan aspirasinya
sendiri-sendiri. Kebebasan untuk menikmati budaya dan kesenian asing juga
semakin menjadi-jadi. Pemerintah merasa kewalahan untuk membendung budaya yang
tidak sejalan dengan budaya bangsa ini. Sampai-sampai orang-orang daerah juga
mulai berani bergerak memperjuangkan idenya yang sebelumnya terpendam dalam
hati, yang menimbulkan pemberontakan di Aceh, di Papua, di Ambon, dan di Poso.
Selain itu, ekonomi semakin
terpuruk, pengangguran dan penduduk miskin semakin luas yang semuanya memberi
peluang untuk berbuat berbagai kejahatan.
Walaupun gambaran reformasi pada
awalnya serba negatif, namun lambat laun keadaan bisa berubah secara
perlahan-lahan. Sistem pendidikan mulai berubah, yang didahului oleh perubahan
Undang-Undang Pendidikan. UU Pendidikan yang baru menginginkan sistem
pendidikan sentralisasi berubah menjadi sistem desentralisasi. Disamping itu
pemerintah juga mengubah istilah pendidikan sekolah dan luar sekolah menjadi
pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal. Maksudnya agar bermacam-macam
pendidikan dapat ditangani secara lebih intensif. Sebab ketiga jalur pendidikan
ini memegang peranan yang sama pentingnya bagi perkembangan peserta didik dan
warga belajar.
Secara konsep sistem desentralisasi
pendidikan memang lebih baik daripada sentralisasi pendidikan. Sebab sistem
yang baru ini kalau dilaksanakan dengan baik akan dapat memajukan daerah
masing-masing sesuai dengan kondisi geografis, budaya, kebutuhan dan
kemungkinan-kemungkinan perkembangan di masa depan. Namun sayang, realisasi
cita-cita sistem desentralisasi ini belum nampak secara nyata. Dalam artian
baru secara konsep. Hal ini bisa saja disebabkan oleh kelemahan misalnya faktor
dana yang ikut memicu keterlambatan keberhasilan sistem desentralisasi
pendidikan ini.
F. Implikasi Konsep Pendidikan
Pembahasan tentang landasan
sejarah, dari sejarah pendidikan dunia, sejarah pendidikan dunia, sejarah
pendidikan Indonesia, masa perjuangan, sampai dengan masa reformasi, memberi
implikasi konsep-konsep pendidikan seperti tersebut di bawah:
1. Pendidikan
diharapkan bertujuan dan mampu:
a. Mengembangkan
semua potensi peserta didik
b. Mengembangkan
kepribadian yang harmonis
c. Memberi
kebebasan kepada anak dalam mengembangkan semua aspek dirinya secara wajar
d. Mengembangkan
bakat masing-masing
e. Mengembangkan
aspek kemanusiaan
f. Mengembangkan
rasa kebangsaan dan aspek kemasyarakatan
g. Membuat
anak bisa hidup mandiri
h. Membuat
anak menghargai dan bersedia bekerja kasar
2. Proses
belajar mengajar dan materi pelajaran diharapkan:
a. Materi
pelajaran sesuai dengan perkembangan anak
b. Belajar
dengan alat-alat peraga
c. Latihan
dipandang penting di samping pemahaman
d. Guru
harus mengabdi kepada anak-anak
3. Melaksanakan
metode global untuk pelajaran bahasa.
4. Adakalanya
pelajaran diberikan dalam bentuk tugas-tugas.
5. Khusus
dalam bidang keilmuan:
a. Anak-anak
harus aktif mencari sendiri
b. Dicari
di lapangan
c. Dengan
metode induktif
6. Pendidikan
agama, nilai-nilai kebudayaan termasuk semangat 45 perlu diintensifkan. Hal itu
tidak cukup diberikan dalam bidang studi saja, melainkan harus diperluas kepada
bidang-bidang studi lain secara integratif. Dengan demikian harapan Emil Salim
(1990) bahwa ciri utama pendidikan di Indonesia adalah keseimbangan antara
aspek materiil dan spiritual akan tercapai.
7. Proses
pendidikan diupayakan mengacu kepada perbedaan individual anak-anak.
8. Demokratisasi
dalam pendidikan, semua anak mendapat hak yang sama untuk belajar.
9. Pendidikan
pada era globaisasi haruslah berintikan pada pengembangan ilmu dan teknologi.
Hal iini sesuai dengan harapan Noeng Muhadjir (1996).
10. Inovasi
harus bersumber dari hasil-hasil penelitian pendidikan di Indonesia, bukan
berdasarkan konsep-konsep dari dunia Barat. Sejumlah inovasi diharapkan
bermuara pada terbentuknya konsep atau teori pendidikan yang bercirikan
Indonesia.
11. Tanggung
jawab bersama tentang pendidkan antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah
belum terealisasi secara keseluruhan.
12. Pendidikan
dipandang penting untuk memajukan negara.
13. Kebudayaan
nasional harus dimajukan. Hal inin didukung pula oleh pendapat Emil Salim
(1990) yang mengatakan bahwa kebudayaan nasional merupakan puncak-puncak budaya
daerah harus menjadi identitas bangsa Indonesia agar tidak ditelan oleh budaya
global. Istilah makagiansar adalah agar mengakar pada budaya sendiri (1990).
14. Pemerintah
belum menunjukkan political will yang kuat untuk memperbaiki pendidikan.
Kemauan politik seperti ini sangat penting artinya pada negara berkembang.
Sebab kekuasaan negara cukup besar pada hampir semua sektor.
15. Desentralisasi
pendidikan perlu tetap diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar